Bersama derasnya hujan
Menari-nari dibawah sinaran lampu jalan
Mulai jatuh bulir-bulir kenangan
Yang hinggap lalu meninggalkan keresahan
Berjalanlah insan itu diantaranya
Seorang diri bagai kehilangan asa
Ada luka di alun-alun kota
Ada air murni dari pelupuk matanya
Terhentinya dia setelah lelah melangkah
Berusaha menahan pilu yang mendesah
Adakah mereka yang tersentuh
Memberikan pelukan yang sempurna dan utuh
#Alifah Nurkhairina.
Rabu, 21 September 2016
Senin, 19 September 2016
Rumahku, Bumi Pertiwiku
Makassar, 11 Agustus 2015
Pancaran sinar fajar dibalik sela-sela kayu itu mulai nampak
Seakan membangunkan ku dari indahnya kehidupan mimpi
Seakan memaksaku untuk bersyukur kembali atas bumi yang ku pijak
Di rumah sederhana, bersama mereka yang aku cintai
Rumahku, rumah kami, rumah kita
Yang begitu menakjubkan dan kan selalu ku banggakan
Rumah yang terbagi atas berbagai pulau yang luar biasa
Yang terbentuk atas pondasi perbedaan
Atas dasar keyakinan dia lahir
Atas berbagai upaya dia tercipta
Atas kekuatan doa dia bersinar
Dan atas restu Sang Kuasa dia tetap ada
Rumahku, Bumi Pertiwiku
Tempatku menghabiskan hari-hariku
Berteduh dari kerasnya kehidupan dunia
Berharap akan terus disana, sampai menghadap Sang Pencipta
Masih adakah asa agar rumah ini tetap berjaya?
Adakah secercah harapan untuk rumah ini agar tetap kokoh dan gagah?
Akankah rumah ini berdiri megah diantara istana-istana disana?
Bumi Pertiwiku, bangunlah, kau masih yang terindah.
# Alifah Nurkhairina.
Pancaran sinar fajar dibalik sela-sela kayu itu mulai nampak
Seakan membangunkan ku dari indahnya kehidupan mimpi
Seakan memaksaku untuk bersyukur kembali atas bumi yang ku pijak
Di rumah sederhana, bersama mereka yang aku cintai
Rumahku, rumah kami, rumah kita
Yang begitu menakjubkan dan kan selalu ku banggakan
Rumah yang terbagi atas berbagai pulau yang luar biasa
Yang terbentuk atas pondasi perbedaan
Atas dasar keyakinan dia lahir
Atas berbagai upaya dia tercipta
Atas kekuatan doa dia bersinar
Dan atas restu Sang Kuasa dia tetap ada
Rumahku, Bumi Pertiwiku
Tempatku menghabiskan hari-hariku
Berteduh dari kerasnya kehidupan dunia
Berharap akan terus disana, sampai menghadap Sang Pencipta
Masih adakah asa agar rumah ini tetap berjaya?
Adakah secercah harapan untuk rumah ini agar tetap kokoh dan gagah?
Akankah rumah ini berdiri megah diantara istana-istana disana?
Bumi Pertiwiku, bangunlah, kau masih yang terindah.
# Alifah Nurkhairina.
Minggu, 18 September 2016
Hai anak Rantau
Inilah kami berada dilangkah awal kesuksesan
Berusaha menahan tangis yang berlapis senyuman
Adakah kami akan dirindukan
Agar kelak kembali kami yang didambakan
Seperti menjadi terlahir kembali
Berbekal doa dan keyakinan hati
Berjalan menapaki kehidupan yang begitu kejam ini
Yang memisahkan raga dengan orang terkasih
Kabar kami bak senja di waktu mendung
Dinanti tapi terkadang mesti meraung
Kiriman doa yang tak bisa lagi terbendung
Dari kalian yang kusayang dan tak sempat berkunjung
Makassar, 07 Maret 2016
#Alifah Nurkhairina.
Berusaha menahan tangis yang berlapis senyuman
Adakah kami akan dirindukan
Agar kelak kembali kami yang didambakan
Seperti menjadi terlahir kembali
Berbekal doa dan keyakinan hati
Berjalan menapaki kehidupan yang begitu kejam ini
Yang memisahkan raga dengan orang terkasih
Kabar kami bak senja di waktu mendung
Dinanti tapi terkadang mesti meraung
Kiriman doa yang tak bisa lagi terbendung
Dari kalian yang kusayang dan tak sempat berkunjung
Makassar, 07 Maret 2016
#Alifah Nurkhairina.
Langganan:
Postingan (Atom)