Bulan
Agustus bagi rakyat Indonesia menjadi momentum untuk belajar memaknai defenisi
kemerdekaan yang sesungguhnya. Selain untuk mengenang para pahlawan dan segala
jatuh bangunnya dalam memperjuangkan kemerdekaan Ibu Pertiwi, Hari Kemerdekaan
RI yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus ini juga dijadikan sebagai
refleksi diri untuk masing-masing individu terhadap segala perjuangan yang
telah dilewati.
Ada
banyak hal yang bisa dijadikan sebagai bahan refleksi diri. Beberapa
diantaranya adalah prestasi dalam belajar, ketepatan dalam memilih pasangan
hidup, hubungan antar keluarga, circle
pertemanan yang positif dan tidak toxic
bahkan yang paling terpenting dan cukup meresahkan adalah dalam hal memilih
pekerjaan.
Selain
memilih pasangan hidup, hal lain yang menjadi keputusan terbesar dalam hidup
dan harus dipastikan tidak boleh salah adalah memilih pekerjaan. Meskipun tidak
sedikit juga diantara kita yang kurang beruntung dalam pilihannya, tetapi itu
sudah cukup untuk dijadikan modal dan pembelajaran kedepannya agar tidak
terjatuh dalam kesalahan yang sama ketika harus kembali memilih.
Sebelum
memilih pekerjaan, ada dua hal lagi yang harus diperhatikan. Pertama, apakah
kita siap menjadi seseorang yang memiliki atasan atau yang kedua, apakah kita
sudah siap menjadi atasan dengan segala tanggungjawabnya?
Ketika
memilih untuk menjadi pegawai, tentu kita sudah setuju dengan segala arahan
dari atasan. Siap bekerja dibawah tekanan, bertemu dengan orang-orang yang
itu-itu saja setiap harinya dan kadang dengan rutinitas yang sama dan terus
berulang. Membosankan memang, tapi ketika kita telah siap diri dan mental,
tentu hal ini bukan suatu masalah. Disinilah kesempatan untuk lebih mengenal
dan mengupgrade kemampuan diri, entah itu kemampuan menjalin komunikasi
terhadap atasan dan rekan kerja, kemampuan mengelola deadline yang menghantui
serta segala tekanan-tekanan yang berhasil dilewati.
Hal-hal
lain yang menjanjikan ketika memilih menjadi seorang pegawai adalah jaminan
kesehatan dan hari tua serta jenjang karir yang menunjang. Lebih spesifik lagi
bagi pegawai yang bekerja untuk negara, tentu saja punya nilai “lebih”
dibeberapa golongan masyarakat bahkan bisa dijadikan salah satu alasan untuk menerima
lamaran pemuda ketika meminang seorang gadis.
Ketika
lebih minat menjadi seorang pengusaha, tentu juga sudah memikirkan baik
buruknya pilihan yang diambil. Bukan tanpa alasan, ketika kita mendapati saat
ini banyak tempat umum seperti tempat jogging, perpustakaan, taman kota, cafe
hits terlihat cukup ramai dikunjungi orang bahkan pada hari kerja. Hal ini
membuat kita berasumsi bahwa fenomena tersebut terjadi karena pekerjaan yang
dipilih tidak lagi bergantung pada jam kerja yang padat dan telah diatur sedemikian
rupa. Keadaan seperti ini biasanya dimiliki oleh seorang pengusaha, bisa
bekerja dimana saja dan jam kerja yang lebih fleksibel.
Meskipun
terdengar lebih fleksibel dalam bekerja, menjadi seorang pengusaha itu tidaklah
mudah. Bagaimana harus merasakan lika liku merintis usaha dari bawah, mencari
karyawan atau pegawai yang sesuai dengan posisi yang diinginkan, mengatur
keuangan sedetail mungkin agar tidak mengalami kerugian yang berlebih dan
segala macam problematikanya. Terlebih lagi di zaman yang katanya sangat sulit
melamar pekerjaan diperusahaan-perusahaan, menjadi seorang pengusaha membuat
kita bisa menawarkan solusi untuk menekan angka pengangguran di Indonesia yang
cukup memprihatinkan.
Menjadi
pengusaha, bisa membentuk kita menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana.
Ditambah lagi sanjungan yang datang dari keluarga serta kerabat yang mengetahui
kita mampu mendirikan dan mengelola usaha sendiri dengan baik. Selain itu,
masih banyak skill-skill individu dan kelompok yang kadang tidak kita temukan
di bangku sekolah formal yang bisa langsung dipraktekan dalam berusaha. Semua
bebas atas kehendak, tidak ada yang bisa mengatur dan semaunya bertindak.
Terlepas
dari itu semua, adalah bagaimana kita mencintai dan bersyukur terhadap pilihan
yang diambil. Menjadi seorang pegawaikah atau seorang pengusaha kita harus
berdamai dengan segala risikonya dan menjadikan segala pencapaian sebagai
momentum untuk lebih berkarya.
Pekerjaan apapun yang dijalani saat ini,
pegawai atau pengusahakah, keduanya atau bahkan tidak keduanya sama sekali,
pastikan bahwa itu sesuai dengan kehendak dan isi hati. Hindari memilih
pekerjaan yang tidak disenangi hanya karena mengikuti omongan-omongan orang
lain yang menghantui. Mantapkan pilihan dan merdekalah dalam bekerja, agar semuanya
terasa mudah dijalani dan bisa terus produktif baik sebagai pegawai, pengusaha
atau pekerjaan halal apapun itu yang ada di muka bumi.
Jika masih saja terjebak dalam dua
pilihan ini, mengapa tidak mencoba keduanya saja?