Minggu, 10 November 2024

Sang Pahlawan

Teruntuk seseorang..

Sejak pertama kali kenal, memang saya tidak pernah salah. Yakin betul bahwa seorang ini begitu bersahaja dan punya aura yang positif setiap berjumpa. Saya masih ingat betul, bagaimana perjalanan menemukan dan akhirnya bisa sampai pada titik sedekat ini dengannya. Mungkin dia juga tau, bagaimana usahaku untuk membuat semuanya lebih mudah dilewati.

Ada beberapa hal yang membuat saya jatuh hati dengan sikapnya. Beberapa diantaranya sudah kulihat jelas secara langsung didepan mata, dan beberapa yang lainnya tersampaikan melalui lisan orang-orang sekitarku yang tidak kuragukan lagi kebenarannya.

Terima kasih. Banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil darinya. Tentang keikhlasan, bagaimana keluar dari suasana kelam setelah kepergian sang ibunda, kehilangan yang tidak akan pernah bisa tergantikan dengan apapun. 

Belajar darinya tentang kerja keras dan ketekunan, saya teryakinkan dengan berbagai pencapaian yang selama ini diraih (studi, karier, prestasi) bahwa memang dia ini seorang yang seniat itu menggapai mimpi. 

Belajar darinya, tentang bagaimana belajar konsisten terhadap prinsip yang dipegang. Laki-laki dengan prinsip yang teguh tidak pernah kutemukan pada laki-laki lain yang berusaha mendekat. 

Belajar darinya tentang bagaimana berhablumminallah dan berhablumminannas yang baik. 

Terima kasih. Selalu berusaha menghargai karya-karya ku yang tidak seberapa. Terima kasih, bisa menenangkan disaat saya lagi merasa tidak bisa diandalkan. Terima kasih, karena selalu berusaha untuk meluangkan waktu atas segala ajakanku yang kadang menyusahkan. Terima kasih, karena bisa mencipta senyumku bahkan tanpa harus berbuat apa-apa. 

Terima kasih sudah merendahkan suaranya ketika berbincang. Maaf, kalau saya tidak pernah berani menatap mata ketika berbicara. Sungguh, bukan karena sama sekali tidak menghargai lawan bicara, tapi begitulah salah tingkah, tidak bisa diredam meski sudah berkali-kali diusahakan.

Terima kasih, karena tanpa berusaha menjadi orang lain, kamu kembali berhasil memenangkan hatiku, lagi dan lagi.

Bersama atau tidak nantinya, Saya beruntung sekali bisa kenal dengannya. Terima kasih sudah bersedia menerima saya masuk dihidupnya. Semoga dia tidak pernah menyesal mengenal saya.

Senin, 30 September 2024

September: Ceria atau Tumpah Air Mata?

Bulan ini menjadi terasa sedikit berbeda. Banyak hal yang membuat saya kembali menempa diri untuk bisa memaknai setiap kejadian. Pada awalnya, saya merasa bahwa bulan September kali ini betul-betul tidak berpihak pada saya. Akan tetapi, lagi-lagi kembali tersadarkan bahwa, setiap kejadian pasti ada makna yang baru nampak setelahnya.

AWAL BULAN.

Memulai September, saya mencoba memberanikan diri untuk memasuki babak baru dalam hobi yang sudah lama saya tekuni, ya Badminton. Saya akhirnya berhasil meyakinkan diri untuk mendaftar dalam turnamen badminton. Setelah pertimbangan yang cukup panjang serta segala resiko yang mungkin akan kudapatkan. Berbekal dengan dukungan dan dorongan dari saudara serta rekan seperhobian, maka kumantapkan untuk ikut serta dalam turnamen kali ini.

Campur aduk perasaanku kala itu. Saya tau betul, demam panggung begitu menghantuiku ketika sedang tampil di depan banyak orang. Apalagi dengan beban yang saya emban ketika masuk di lapangan. 

"Pokoknya, lakukan yang terbaik saja dulu. Menang kalah urusan belakang. Toh juga ini baru pertama kalinya, jadi tak mengapa jika tidak juara". batinku.

Kalimat itu yang selalu kusugestikan, agar ekspektasiku tidak begitu menjadi beban.

Tibalah hari H. Dengan segala keyakinan, meski latihan tidak seberapa, saya memantapkan diri untuk bertempur habis-habisan. Membuang semua segala ketakutan, yang mungkin akan mengganggu segala penampilan saat di lapangan. Saya sangat senang, ketika berkesempatan lagi untuk merasakan euforia turnamen yang begitu diluar dugaan. 

Saya senang, akhirnya saya berhasil untuk tidak membawa ketakutan, demam panggung dan segala beban yang kukira akan menghantuiku di lapangan. Saya betul-betul hanya membawa raket, botol minum, dan segala doa-doa yang telah dibekalkan Mama ku dari rumah.

Saya dan partnerku selalu menang, kami tidak pernah kalah dalam pertandingan. Sayangnya, ada satu hal yang akhirnya menghentikan langkah kami untuk berada dipodium juara, kami terdiskualifikasi dengan alasan yang cukup membingungkan. Meski sangat-sangat kecewa, keputusan harus kami terima.

Pada awalnya, cukup berat. Bisa kubilang mungkin ini menjadi trauma. Beberapa hari setelah kejadian, seperti tak bersemangat rasanya memulai aktivitas lainnya. Bawaannya ingin saja terus menggerutu dan mengutuk keadaan.

Tapi, seiring berjalannya waktu, semua akhirnya bisa ku atasi. Saya perlahan mulai berdamai dengan semua ini. Saya memilih untuk mengambil hikmah setelahnya. Tidak lagi memberi fokus dan perhatian berlebih terhadap apa-apa yang membuatku patah hati. 

Satu hal terpenting, bahwa pertarungan kemarin bukan tentang mengalahkan lawan. Tetapi tentang bagaimana mengalahkan egoku sendiri. Dan saya dengan percaya diri menyatakan bahwa saya telah menang atas egoku. Saya betul sudah berdamai dengannya.

AKHIR BULAN.

Selain keuangan yang sudah menunjukkan tanda-tanda kelemahannya, perasaanku pun demikian. Beberapa orang tersayang disekitarku akhirnya tidak berhasil lagi kutahan laju kepergiannya. Tentu tidak semudah itu membiasakan diri tanpa mereka (terutama adik bungsuku yang saat ini tengah studi di Taiwan). Mari membiarkan waktu menolong sebisanya. Semoga kali ini dan setelah-setelahnya, saya mampu berdamai juga. Semoga semua cepat berkumpul dan bercerita lagi seperti semula.

REVIEW SEPTEMBER

"Semoga setelah ini, banyak kabar bahagia menghampiri. Terima kasih September, yang kupikir bisa mendatangkan bahagia, rupanya membuat tumpah air mata. Namun, terima kasih juga, berkat air mata yang tumpah, saya bisa semakin menghargai kehadiran untuk segala hal yang tidak berhasil ku genggam sempurna"


*Terima kasih orang baik yang sudah mampir dan bersedia meluangkan waktunya untuk membaca sampai akhir. Kalau berkenan, jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar yaa..

~ Alifah Nurkhairina ~

Jumat, 20 Oktober 2023

OPINI: Konflik Timur Tengah, Literasi Bisa Apa?

Tribun Timur edisi 18 Oktober 2023


Belakangan ini, gejolak antara Palestina dan Israel kembali memanas. Bukan hanya pasukan bersenjata yang terlibat dalam perang, tetapi juga para warga sipil seperti wanita dan anak-anak yang ikut menjadi korban. Tidak sedikit kerugian materi dan jatuhnya korban jiwa yang menimpa keduanya akibat konflik yang telah berlangsung sejak tahun 1940an. 

Berita-berita nasional maupun luar negeri berlomba-lomba untuk mengangkat konflik yang sedang hangat ini. Masing-masing lebih cenderung kepada salah satunya atau bahkan mengambil jalan tengah untuk cari aman. Berita yang kita saksikan setiap harinya dalam layar kaca menyuguhkan data-data terkait berapa jumlah korban, berapa kerugian yang dialami, serta apasaja persiapan kekuatan yang dimiliki oleh masing - masing wilayah. Kelirunya, kita terlalu cepat percaya dengan statement yang diberitakan melalui siaran tanpa meninjau sudut pandang lainnya.

Perlu diketahui bahwa data-data yang ditampilkan dalam layar kaca kadang kala tidak sesuai dengan fakta dilapangan. Selain karena sumber informasi yang berbeda, hal ini mungkin saja bertujuan untuk menggiring opini masyarakat agar lebih memihak kepada Palestina, Israel atau tidak keduanya.  

Ketidaksesuaian fakta yang ada dilayar kaca dengan fakta di lapangan membuat kita penasaran dan mulai berupaya untuk menggali lebih jauh informasi lengkapnya sebagai penyeimbang atau pembanding. Kebanyakan kita cenderung mencari informasi dimedia sosial, karena saat ini media sosial menjadi sumber informasi tercepat dan mudah diakses oleh siapapun. Terlebih dizaman yang kecanggihan teknologinya sudah tidak diragukan lagi, memperoleh informasi dari berbagai sumber dapat dilakukan hanya dengan klik klik sana sini.

Menanggapi ini, salah satu yang bisa dimanfaatkan adalah literasi dan pengendalian media sosial. Perlu diketahui bahwa keduanya bisa saling terkait dan menciptakan kekuatan untuk bisa mempengaruhi. Kita pasti akan mulai mencari tau tentang mengapa konflik ini bisa terjadi, siapa yang berpeluang akan memenangkan peperangan nanti, atau apa yang terjadi ketika perang telah usai? 

Kita bisa memulainya dengan membaca sejarah dan meriset sendiri bagaimana kaitannya dengan kondisi saat ini. Belajar dari sejarah, pun termasuk literasi. Mempelajari sejarah bukan hanya menghapalkan nama, tempat, waktu, dan kondisi pada saat kejadian, tetapi tentang bagaimana belajar dari pengalaman yang lalu agar sejarah kelam tidak terulang lagi. 

Literasi bisa membuat orang berubah. Kita bisa mempengaruhi cara berpikir seseorang bahkan hanya dengan tulisan. Meskipun demikian, tentu kita harus pandai memilah, mana tulisan yang bisa mendatangkan kebaikan atau malah justru akan membunuh karakter penulisnya secara perlahan.

Pernyataan tersebut membuat kita sadar bahwa perang tidak hanya terjadi secara langsung atau secara fisik saja, melainkan sudah merambah ke dunia maya. Adu argument sana sini, membangun opini, fakta yang dibolakbalik, sudah tidak tabu lagi dalam media sosial yang hampir tidak lepas dari pantauan. 

Tidak kalah sengit, perang dunia maya atau perang literasi ini juga memiliki dampak yang perlu diperhitungkan ketika memiliki massa yang banyak. Hal ini membuktikan bahwa literasi juga ikut mengambil peran dalam konflik yang menyita seluruh perhatian dunia. Tidak sedikit pula yang menjadi korban dalam perang literasi ini, tentu saja mereka adalah netizen - netizen yang kurang informasi dan mudah terpancing oleh argument yang tidak sesuai data dan fakta.

Hal inilah yang kemudian bisa dijadikan sebagai senjata untuk ikut serta terlibat dalam peperangan Palestina-Israel. Kita tidak perlu lagi bersusah payah untuk melangkahkan kaki ke daerah konflik, menghadirkan raga kita dengan niat membela kebenaran dan kemanusiaan. Sekarang kita bisa memaksimalkannya melalui media sosial, membuat postingan yang bermanfaat, membuat tulisan-tulisan yang bisa menggugah hati seseorang untuk mempengaruhi arah pandangannya. 

Serangan seperti ini tidak boleh dianggap remeh, sebab kita ketahui bahwa masih banyak orang yang tidak mampu membedakan mana berita fakta dan mana berita hoaks. Situasi seperti ini bisa dimanfaatkan dan dinilai mampu menghimpun pemikiran seseorang bahkan bisa mengendalikan keberpihakannya.



Pada intinya, literasi saat ini punya kekuatan tersendiri, terlebih diera teknologi yang kecanggihannya sudah tidak bisa dianggap payah lagi. Tinggal bagaimana cara kita membijaksanai, akankah sesuai dengan target kebaikan yang ini dicapai, atau malah mendatangkan hal-hal buruk yang tidak pernah terpikir sama sekali. Meski begitu harus tetap optimis, dan tetaplah menulis.

Tinggal kita lihat saja, pendukung mana yang lebih jitu strateginya dalam berliterasi dan mengendalikan berita-berita yang ada dimedia sosial. Pendukung siapa yang lebih hebat ‘menggoda’ netizen untuk percaya pada statementnya. Semoga kedamaian yang dirindukan oleh anak manusia segera nyata adanya.


Jumat, 18 Agustus 2023

Merdeka dalam Bekerja, Sudahkah kita?

OPINI, Terbit di Tribun Timur, Edisi Rabu, 9 Agustus 2023


Bulan Agustus bagi rakyat Indonesia menjadi momentum untuk belajar memaknai defenisi kemerdekaan yang sesungguhnya. Selain untuk mengenang para pahlawan dan segala jatuh bangunnya dalam memperjuangkan kemerdekaan Ibu Pertiwi, Hari Kemerdekaan RI yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus ini juga dijadikan sebagai refleksi diri untuk masing-masing individu terhadap segala perjuangan yang telah dilewati.

Ada banyak hal yang bisa dijadikan sebagai bahan refleksi diri. Beberapa diantaranya adalah prestasi dalam belajar, ketepatan dalam memilih pasangan hidup, hubungan antar keluarga, circle pertemanan yang positif dan tidak toxic bahkan yang paling terpenting dan cukup meresahkan adalah dalam hal memilih pekerjaan.

Selain memilih pasangan hidup, hal lain yang menjadi keputusan terbesar dalam hidup dan harus dipastikan tidak boleh salah adalah memilih pekerjaan. Meskipun tidak sedikit juga diantara kita yang kurang beruntung dalam pilihannya, tetapi itu sudah cukup untuk dijadikan modal dan pembelajaran kedepannya agar tidak terjatuh dalam kesalahan yang sama ketika harus kembali memilih.

Sebelum memilih pekerjaan, ada dua hal lagi yang harus diperhatikan. Pertama, apakah kita siap menjadi seseorang yang memiliki atasan atau yang kedua, apakah kita sudah siap menjadi atasan dengan segala tanggungjawabnya?

Ketika memilih untuk menjadi pegawai, tentu kita sudah setuju dengan segala arahan dari atasan. Siap bekerja dibawah tekanan, bertemu dengan orang-orang yang itu-itu saja setiap harinya dan kadang dengan rutinitas yang sama dan terus berulang. Membosankan memang, tapi ketika kita telah siap diri dan mental, tentu hal ini bukan suatu masalah. Disinilah kesempatan untuk lebih mengenal dan mengupgrade kemampuan diri, entah itu kemampuan menjalin komunikasi terhadap atasan dan rekan kerja, kemampuan mengelola deadline yang menghantui serta segala tekanan-tekanan yang berhasil dilewati. 

Hal-hal lain yang menjanjikan ketika memilih menjadi seorang pegawai adalah jaminan kesehatan dan hari tua serta jenjang karir yang menunjang. Lebih spesifik lagi bagi pegawai yang bekerja untuk negara, tentu saja punya nilai “lebih” dibeberapa golongan masyarakat bahkan bisa dijadikan salah satu alasan untuk menerima lamaran pemuda ketika meminang seorang gadis.



Ketika lebih minat menjadi seorang pengusaha, tentu juga sudah memikirkan baik buruknya pilihan yang diambil. Bukan tanpa alasan, ketika kita mendapati saat ini banyak tempat umum seperti tempat jogging, perpustakaan, taman kota, cafe hits terlihat cukup ramai dikunjungi orang bahkan pada hari kerja. Hal ini membuat kita berasumsi bahwa fenomena tersebut terjadi karena pekerjaan yang dipilih tidak lagi bergantung pada jam kerja yang padat dan telah diatur sedemikian rupa. Keadaan seperti ini biasanya dimiliki oleh seorang pengusaha, bisa bekerja dimana saja dan jam kerja yang lebih fleksibel.

Meskipun terdengar lebih fleksibel dalam bekerja, menjadi seorang pengusaha itu tidaklah mudah. Bagaimana harus merasakan lika liku merintis usaha dari bawah, mencari karyawan atau pegawai yang sesuai dengan posisi yang diinginkan, mengatur keuangan sedetail mungkin agar tidak mengalami kerugian yang berlebih dan segala macam problematikanya. Terlebih lagi di zaman yang katanya sangat sulit melamar pekerjaan diperusahaan-perusahaan, menjadi seorang pengusaha membuat kita bisa menawarkan solusi untuk menekan angka pengangguran di Indonesia yang cukup memprihatinkan. 

Menjadi pengusaha, bisa membentuk kita menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana. Ditambah lagi sanjungan yang datang dari keluarga serta kerabat yang mengetahui kita mampu mendirikan dan mengelola usaha sendiri dengan baik. Selain itu, masih banyak skill-skill individu dan kelompok yang kadang tidak kita temukan di bangku sekolah formal yang bisa langsung dipraktekan dalam berusaha. Semua bebas atas kehendak, tidak ada yang bisa mengatur dan semaunya bertindak.

Terlepas dari itu semua, adalah bagaimana kita mencintai dan bersyukur terhadap pilihan yang diambil. Menjadi seorang pegawaikah atau seorang pengusaha kita harus berdamai dengan segala risikonya dan menjadikan segala pencapaian sebagai momentum untuk lebih berkarya.

 Pekerjaan apapun yang dijalani saat ini, pegawai atau pengusahakah, keduanya atau bahkan tidak keduanya sama sekali, pastikan bahwa itu sesuai dengan kehendak dan isi hati. Hindari memilih pekerjaan yang tidak disenangi hanya karena mengikuti omongan-omongan orang lain yang menghantui. Mantapkan pilihan dan merdekalah dalam bekerja, agar semuanya terasa mudah dijalani dan bisa terus produktif baik sebagai pegawai, pengusaha atau pekerjaan halal apapun itu yang ada di muka bumi.

Jika masih saja terjebak dalam dua pilihan ini, mengapa tidak mencoba keduanya saja?

Jumat, 15 Juli 2022

Lantunan Subuh

Di sebuah desa yang belum lama ini kutinggali, aku menemukan diriku dengan banyak perubahannya. Aku mendapati diriku menjadi lebih baik dari hari kehari. Aku bingung mengapa demikian? Setelah kurang lebih setahun menetap disini, aku menemukan jawabannya, yaitu sholat subuh berjamaah di Mesjid.

Sejak dulu, aku memang sangat menyukai sholat subuh berjamaah di Mesjid. Tetapi, kadangkala terkendala dengan izin orangtua yang seringkali beranggapan bahwa diluar masih sepi untuk seorang anak gadis yang hendak ke Mesjid di subuh hari, meskipun jarak antar rumahku ke Mesjid terdekat hanya beberapa meter.

Menurutku, tidak ada suara setenang dan seindah langkah kaki pejuang subuh menuju Mesjid. Subuh, dengan ketenangan dan udaranya yang bersih dari nafas orang munafik “katanya”, mampu membuatku bersemangat untuk menerobos dinginnya udara dan gelapnya semesta.

Para pejuang subuh rela bangkit dari nyamannya lelap. Mengambil air wudhu yang tidak jarang membuat tubuh menjadi kaku. Memakai pakaian terbaik dengan uang yang diselipkan disakunya untuk ditabung di celengan akhirat. Berharap semoga langkahnya ke Mesjid menjadi penghapus dosa.

Kemudian Allah izinkan, untuk benar-benar menghadirkan diri dan jiwa kita di rumah-Nya. Setelah berhasil melepas 3 tali ikatan syaiton yang begitu dahsyatnya. Hening subuh, semoga jadi saksi bahwa kita termasuk orang yang beruntung bisa menikmatinya. Betapa betul ini salah satu sholat yang sangat sulit untuk dikerjakan tepat waktu. 

Subuh ini agak berbeda nampaknya dari subuh yang lain. Entah mengapa, tidak bisa lagi kubendung air mataku sendiri. Meski terus kucoba, berkali-kali.

Dia tumpah bertepatan ketika ayat pertama surah As-Sajdah dibacakan oleh Imam sholat yang merdu suaranya tidak perlu lagi diragukan. Fokusku hilang, air mata tak tertahan, gemetar luar biasa. 

Tidak bisa lagi kusembunyikan. Betul-betul diluar kendali. Kupikir mungkin aku saja yang cengeng, tapi lagi-lagi. Selalu saja melemah dengan lantunan ayat Al-Qur’an yang dibacakan dengan merdu. Mungkin ini jawaban atas segala doaku kepada-Nya, “luluhkan hatiku dengan ayat-ayat indah-Mu, Ya Allah”

Barakallahu fiyk, Ustadz.

Note: hampir semua tulisanku tercipta begitu saja setelah ada moment yang kulalui. Bahkan pada tulisan ini, sebelum benar-benar lupa dan tidak terabadikan. Segera kuambil media untuk membuatnya menjadi sebuah catatan kecil untuk mengingat kejadian yang tidak biasa ini. Bahkan saat menulis ini, air mata masih saja tidak terbendung. Ah kubiarkan saja, berharap setelah ini lebih lega.

Ptlsng, 15 Juli 2022

Sepulang dari sholat subuh.

Selasa, 11 Agustus 2020

Tragedi 11 Agustus 2019

Bismillah..

Minggu, 11 Agustus 2019. Tepat dimana seharusnya kita bersuka cita merayakan Hari Raya Idul Adha, rupanya Allah memilih keluarga kami untuk menerima ujiannya. Kejadian luar biasa, begitu cepat dan sangat menyakitkan. Kami mengalami kecelakaan di sekitar Kota Bantaeng pada pukul 16.00 WITA.


Postingan dari akun instagram @makassar_iinfo

Tradisi Kami saat hari Raya tiba adalah mudik ke Bulukumba. Idul Adha kami tahun inipun sama. Selepas menyembeli hewan qurban, kami memutuskan untuk pulang ke makassar, karena kebetulan orangtua kami besok sudah masuk kantor kembali setelah dapat libur hari raya. Kami mengendarai dua mobil, karena beberapa keluarga juga ikut membersamai menuju Makassar. 

Perjalanan dari Bulukumba ke Makassar memang mengarah ke barat. Sehingga pada saat perjalanan sore hari, sangat menyilaukan dan waktu itu matahari sangat terik. Pengendara mobil harus lebih fokus dijalan. Karena mungkin kelelahan, kami para penumpang pun tertidur. Didalam mobil, kami berjumlah 6 orang. Kebetulan yang bawa mobil adik bungsuku.

Singkat cerita, kemudian terjadilah kecelakaan.....

"Kenapako nak?" Teriakan dari Ayah masih sempat kudengar saat kecelakaan itu didepan mata.

Goncang satu mobil dengan suara letusan yang cukup besar. Saya yang kebetulan memangku adik sepupu Saya, kemudian memeluknya erat sembari menjaga kepalanya agak tak terkena benturan. 



Mobil yang sudah terparkir di kantorpolisi

Setelah mobil stabil, kamipun turun untuk menyelamatkan diri. Beberapa detik kemudian, lokasi kecelakaan kami ramai dikemuruni warga setempat.

Rupanya, kecelakaannya cukup parah. Bagian depan mobil sangat hancur. Kami menabrak pertamini yang alhamdulillah tidak meledak, Allah masih mengizinkan kami untuk hidup

Sayapun menangis, adik sepupuku juga ikut menangis. Kami berdua disuruh untuk menepi dan meminum air untuk menenangkan diri. 

Saya mencari Ayah dan adik bungsuku, yang kuyakini pasti terluka sebab mereka duduk paling depan dan kecelakaan ini menimpa bagian depan sangat keras. 

Setelah berhasil kudapati Ayahku, betul saja. Wajahnya lebam, banyak luka ringan dan sedikit darah yang menghiasi wajahnya. Beliau panik, belum pernah saya melihat orang yang kukenal tegar ini menampakkan wajah kepanikan begitu hebat. Beliau, dengan wajah yang berdarah-darah, mencoba mencari anak-anaknya yang kebetulan sudah tersebar, ditenangkan oleh warga. Mondar-mandir kesana kemari, memastikan kami semua aman dan sudah tertangani. Saat beliau menghampiriku, beliau sempat duduk sejenak dan juga menenangkan diri. Terlihat jelas luka diwajahnya, dan kuminta agar diobati terlebih dahulu tapi beliau tidak mau. Kuperhatikan lebih jelas lagi, matanya sangat berbinar. Seperti orang yang menahan tangisnya. Yah, bisa kurasakan perasaanya jika Saya menjadi dia. 

Sementara itu..

Ternyata, dibawah mobil kami ada satu orang pria yang tak sadarkan diri. Kamipun semakin panik, takut terjadi apa-apa dengan pria ini. Perut dan kepalanya penuh darah. Alhamdulillah kami melihat masih ada nafas disana, Allah masih berikan kesempatan beliau hidup setelah ambulance datang menyelamatkan menuju kerumah sakit.


Setelah polisi datang, kami semua naik kemobil polisi dan dibawah ke kantor polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Tak pernah terbayangkan sebelumnya naik mobil polisi diliputi rasa risau, panik. Mungkin kalian bisa mencoba membayangkan jika ada diposisi kami. Ayahku mencoba menenangkan kami.

Tiba dikantor polisi, kudapati Mama dan kakaku yang sudah lebih dulu berada dikantor polisi (Mama dan kakaku berada dimobil kedua). Saya sangat takut melihat Mamaku karena beliau mempunyai riwayat penyakit jantung, mungkin beliau sangat guncang mendengar kabar ini. Tapi, luar biasa. Kudapati beliau sangat tenang, Saya tak tau bagaimana perasaannya bergejolak didalam, tapi dia betul-betul bersikap tenang dan berusaha merangkul kita satu persatu. Memastikan semua stabil dan merasa nyaman. Itulah hebatnya seorang Mama.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Mamaku langsung panik saat mendapati adik bungsuku (yang kebetulan jadi sopir dimobil yang kecelakaan tadi) belum ditemukan. Adikku hilang, entah kemana. Polisi  dan kami semua mencarinya. Tak bisa dihubungi, karena hpnya tertinggal dimobil, kamipun kembali panik. Takut jika adikku diambil orang karena ketahuan sudah menabrak orang. Kami kembali panik.

Setelah menunggu kurang lebih 40 menit. Tiba-tiba ponsel Mamaku berdering, tertera nomor baru yang menghubungi. Alhamdulillah, itu adik bungsuku yang sempat menghilang tadi, segeralah dijemput dan di bawa ke kantor polisi.

--

Adikku bukan sengaja menghilang dan tidak mau bertanggungjawab. Ini pesan Ayahku, pas saat turun dari mobil, Ayahku langsung menarik adikku untuk menjauh dari keramaian. Ayahku sudah tau, bagaimana resikonya jika menabrak orang, mungkin supirnya akan dimassa oleh warga, jadi Ayahku mengamankannya. Setelah jauh dari keramaian, Ayahku berpesan:

"janganko kemana-mana dulu nah nak, sebentar pi baru kujemputko lagi, kuselamatkan dulu yang lain dengan korbannya", pesan Ayah kepada adik bungsuku.

Rupanya, adikku mungkin butuh air minum untuk menenangkan hati dan pikirannya. Kemudian dia berjalan menjauhi keramaian sejauh kurang lebih 1 km. Lalu mendapati toko swalayan dan memutuskan untuk membeli air minum. Kebetulan disaku celananya ada beberapa uang yang masih cukup untuk membeli air minum. Allah memang betul-betul menolong kami. Didalam swalayan itu, adik bungsuku bertemu dengan seniornya di kampus. Lalu adikku menceritakan semua kejadian, dan seniornya meminjamkan handphone untuk menghubungi keluarga yang sudah ada di kantor polisi.

---

Lewat tulisan ini, Saya mencoba membuat teman-teman bisa merasakan kejadian ini. Pernah tidak, terbayang di hidupmu, salah satu anggota keluargamu yang kau kenal tegap, tegar, tiba-tiba tertunduk lesu tak berdaya? didepan matamu kau lihat dia berjalan menuju masuk kantor polisi untuk dimintai pertanggungjawaban? terlebih lagi jika dia masih sangat muda dan sepertinya belum bisa menghadapi ini semua? Pemandangan itu kulihat tepat didepan mataku, adikbungsuku tertunduk lesu menuju ke kantor polisi. Saya tau dia tidak sengaja, tapi tetap dia harus bertanggungjawab, air matakupun tumpah.

Sembari menunggu hasil keterangan, pihak keluargapun mulai berdatangan. Keluarga dari Ara (Bulukumba), Jeneponto dan beberapa mahasiswa dari Mamaku yang kebetulan pernah diajar di Bantaeng. Mereka semua datang memberi dukungan dan doa. Betul-betul terlihat orang-orang baik yang berhasil menambah kekuatan kami untuk lebih tegar menghadapinya. Singkat cerita, adikku harus bermalam di kantor polisi (tapi tidak didalam sel) karena untuk pemeriksaan lebih lanjut. Kamipun disuruh untuk pulang dan beristirahat.

Semenjak kejadian itu, Jika melewati lokasi kecelakaan di Bantaeng, Ayah selalu menyempatkan singgah dan seperti memutar kembali ingatan saat kami dulu kecelakaan. Bagaimana suasana ketegangan pada saat itu dan alur ceritanya, kembali kami kenang. 

Terima kasih kepada seluruh keluarga, sahabat, kerabat, tetangga dan teman2 yang telah membantu baik bantuan materi, dukungan serta doa yang tdk hentinya. Kami sekeluarga mohon maaf jika ada salah selama ini. Semoga semua kembali membaik dan segala trauma bisa cepat pulih. Semoga smua urusan diberikan kemudahan. Aamiin ya Allah.

Senin, 10 Agustus 2020

Jariah Publishing, terbitkan bukumu tanpa pusing.

 Di tahun 2018 yang lalu, Saya sangat tertarik untuk mengabadikan tulisan-tulisan perjalananku selama mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Namun, seperti dokumentasi perjalanan sebelumnya, Saya hanya mengabadikan diblog pribadiku dan tidak terpikir untuk dibukukan. Singkat cerita, lepaslah Saya dalam pengabdian masa KKN di Desa Mamampang, Tombolo Pao, Gowa.

Sebelum meninggalkan posko, Saya pernah mendengar harapan salah satu tokoh masyarakat disana. Kami berkunjung ke rumahnya, di selimuti dingin dan angin malamnya Tombolopao. Katanya beliau ingin sekali agar desanya ini bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas. Jelas saja, Sayapun baru tau bahwa ada sebuah desa diujung perbatasan Gowa-Sinjai yang tidak kalah indahnya. Padahal tempat tinggal kami berada di Kabupaten yang sama.

Salah satu cara yang beliau tawarkan kepada kami agar kampungnya ini bisa dikenal luas oleh masyarakat adalah melalui mahasiswa-mahasiswa KKN yang telah mengabdi di desanya. Beliau ingin agar kami semua para alumni mahasiswa KKN disana mengabadikan perjalanan menjadi sebuah buku. Buku yang dituliskan oleh kami semua, semacam kesan-pesan yang kami dapatkan selama menempuh masa pengabdian. Dan, harapan beliau kemudian mulai mengacaukan pikiranku, yang sedari tadi mencoba untuk fokus mendengarkan semua kesan-pesan beliau terhadap Kami yang sebentar lagi melepas diri. 

Setelah beberapa hari, kembali teringat pesan beliau. Maka Saya mulai mencoba memulai tulisanku tapi sejatinya belum berniat membukukan. Tak sangka, tulisan itu semakin banyak, dan kurasa sudah tidak layak untuk dimasukkan ke dalam blog pribadi. Ingin mempersingkat, tapi Saya tak mampu memilah cerita yang harus kuhapus, karena menurutku semuanya berkesan. 

Kemudian..

Saya tidak sengaja menemukan sebuah informasi di FB bahwa ada sebuah penerbit baru yang menyediakan jasa penerbitan buku. Jariah Publishing namanya. Beralamat di Jl. Dahlia No.17 Batangkaluku, Sombaopu, Gowa. 



Awalnya Saya berpikir, mungkin harus diseleksi dulu karyanya agar bisa diterbitkan. Tapi, setelah mencari tau apa-apa syaratnya ternyata cukup mudah. Hanya menyiapkan desain sampul dan naskah tentunya. Namun, jika tidak mampu membuat atau mendesain sampul sendiripun tak masalah. Owner telah menyediakan jasa desain sampul dengan beberapa paket yang ditawarkan sesuai keinginan kamu loh. 

dan Sayapun tertarik untuk membukukan tulisan Saya, namun.. hanya untuk konsumsi pribadi dan beberapa orang yang memang berniat untuk membeli buku pertamaku ini.

Alhamdulillah, beberapa orang juga mendukung dan membeli buku Saya, yang menurutku masih banyak yang perlu dikoreksi kedepannya. Dengan bantuan dari Penerbit Jariah Publishing, menerbitkan buku jauh lebih mudah. Ownerpun sangat ramah. Dengan senang hati akan membantu mewujudkan mimpimu untuk menerbitkan buku. Pokoknya recommended lah hehe

Jika kamu masih ragu, mungkin beberapa alasan ini harus Kamu pertimbangkan kenapa Jariah Publishing merupakan solusi yang tepat, diantaranya adalah:

1. Prosesnya cepat

Untuk menerbitkan buku dengan Self Publishing mulai sejak naskah diterima hingga buku tiba ditangan Anda, waktunya maksimal 30 hari kerja.

2. Kualitas Terjamin

Spesifikasi cetakannya: Kertas Isi Bookpaper Imperial 72g, Cover Ivory 260g, Perfect Thermal Binding, Wrapping Shrink & Free Bookmark

3. Harga Terjangkau

Cetak buku murah? Jariah Publishing solusinya. Di Jariah Publishing, Anda dapat menyesuaikan budget dengan jumlah cetakan buku Anda. Layaklah dicap sebagai Penerbit buku murah.

4. Memiliki ISBN

Penerbit Jariah Publishing telah terdaftar di situs isbn.perpusnas.go.id dengan nama Jariah Publishing Intermedia. Anda bisa mengecek buku-buku yang telah mereka terbitkan.


Bagaimana? Menarik bukan? Ayoo, jangan simpan karyamu sendiri. Beri kesempatan untuk orang lain juga menikmatinya. Segera bukukan karyamu di Penerbit Jariah Publishing!