Selasa, 13 Maret 2018

Bagian Ketiga: Saat kau kacau.

Setelah beberapa saat kita tak bertatap muka, kemarin kulampiaskan rinduku. Hari ini ada kesempatan untuk bisa melihat wujudmu. Aku memaksimalkannya. Mempersiapkan diri sebaik mungkin. Mencoba untuk menyempurnakannya. Tak ingin terlambat memanfaatkan waktu, sayapun bergegas ke titikmu.

Diperjalanan, kuperhatikan terus arlojiku. Ah sepertinya aku terlewat. Jangan,jangan sampai. Kataku. Setibanya disana. Aku tak kuasa. Tapi takut juga. Kubuka pintu itu, dan terfokus pandanganku kepadamu. Yah kau yang saat itu tengah berjuang. Senang rasanya melihat mu lagi. Tapi aku sempat berfikir, masuk jangan? Tapi kemudian aku lebih memilih masuk, mungkin rindu yang mendorongku. Lalu aku menuju kesana, tepat beberapa meter darimu. Kuliat raut wajah yang pucat dan raga yang kurang siap. Aku bilang kau sedang tidak baik.

Lama kuperhatikan, aku semakin yakin. Kau memang sedang menyimpan beban. Ada rasa kesal didadaku. Kenapa kau? Siapa yang berani menyulitkan harimu? Aku semakin kesal karena aku tidak berdaya untuk menyuarakan cemasku.

Kemarin sore, kuliat kau untuk kesekian kalinya. Kali ini kau jauh berbeda. Tak biasanya. Nampaknya kau ada masalah. Aku ikut murung. Hari itu hilang auramu. Hari itu aku mulai mencari senyum mu.

Aku bercerita kepada teman dekatku, tentang kau yang begitu tak bersemangat. Kuceritakan padanya bahwa aku ingin sekali menanyakan ada apa gerangan. Mustahil. Kita tak saling kenal, berpapasan dijalanpun kita tak saling menyapa. Saya selalu bertanya, kira-kira kapan waktu yang pas. Namun, rasa-rasanya waktu kita selalu salah. Dia belum mengizinkan.

Kau jangan terlalu lama kacau. Karena Saya sudah bosan dengan risau. Cepat-cepatlah kau membaik, supaya aku tidak lagi tidur terbalik. Selamat malam..

Gowa, Sabtu, 10 Februari 2018.
Al-Khairina.