Selasa, 11 Agustus 2020

Tragedi 11 Agustus 2019

Bismillah..

Minggu, 11 Agustus 2019. Tepat dimana seharusnya kita bersuka cita merayakan Hari Raya Idul Adha, rupanya Allah memilih keluarga kami untuk menerima ujiannya. Kejadian luar biasa, begitu cepat dan sangat menyakitkan. Kami mengalami kecelakaan di sekitar Kota Bantaeng pada pukul 16.00 WITA.


Postingan dari akun instagram @makassar_iinfo

Tradisi Kami saat hari Raya tiba adalah mudik ke Bulukumba. Idul Adha kami tahun inipun sama. Selepas menyembeli hewan qurban, kami memutuskan untuk pulang ke makassar, karena kebetulan orangtua kami besok sudah masuk kantor kembali setelah dapat libur hari raya. Kami mengendarai dua mobil, karena beberapa keluarga juga ikut membersamai menuju Makassar. 

Perjalanan dari Bulukumba ke Makassar memang mengarah ke barat. Sehingga pada saat perjalanan sore hari, sangat menyilaukan dan waktu itu matahari sangat terik. Pengendara mobil harus lebih fokus dijalan. Karena mungkin kelelahan, kami para penumpang pun tertidur. Didalam mobil, kami berjumlah 6 orang. Kebetulan yang bawa mobil adik bungsuku.

Singkat cerita, kemudian terjadilah kecelakaan.....

"Kenapako nak?" Teriakan dari Ayah masih sempat kudengar saat kecelakaan itu didepan mata.

Goncang satu mobil dengan suara letusan yang cukup besar. Saya yang kebetulan memangku adik sepupu Saya, kemudian memeluknya erat sembari menjaga kepalanya agak tak terkena benturan. 



Mobil yang sudah terparkir di kantorpolisi

Setelah mobil stabil, kamipun turun untuk menyelamatkan diri. Beberapa detik kemudian, lokasi kecelakaan kami ramai dikemuruni warga setempat.

Rupanya, kecelakaannya cukup parah. Bagian depan mobil sangat hancur. Kami menabrak pertamini yang alhamdulillah tidak meledak, Allah masih mengizinkan kami untuk hidup

Sayapun menangis, adik sepupuku juga ikut menangis. Kami berdua disuruh untuk menepi dan meminum air untuk menenangkan diri. 

Saya mencari Ayah dan adik bungsuku, yang kuyakini pasti terluka sebab mereka duduk paling depan dan kecelakaan ini menimpa bagian depan sangat keras. 

Setelah berhasil kudapati Ayahku, betul saja. Wajahnya lebam, banyak luka ringan dan sedikit darah yang menghiasi wajahnya. Beliau panik, belum pernah saya melihat orang yang kukenal tegar ini menampakkan wajah kepanikan begitu hebat. Beliau, dengan wajah yang berdarah-darah, mencoba mencari anak-anaknya yang kebetulan sudah tersebar, ditenangkan oleh warga. Mondar-mandir kesana kemari, memastikan kami semua aman dan sudah tertangani. Saat beliau menghampiriku, beliau sempat duduk sejenak dan juga menenangkan diri. Terlihat jelas luka diwajahnya, dan kuminta agar diobati terlebih dahulu tapi beliau tidak mau. Kuperhatikan lebih jelas lagi, matanya sangat berbinar. Seperti orang yang menahan tangisnya. Yah, bisa kurasakan perasaanya jika Saya menjadi dia. 

Sementara itu..

Ternyata, dibawah mobil kami ada satu orang pria yang tak sadarkan diri. Kamipun semakin panik, takut terjadi apa-apa dengan pria ini. Perut dan kepalanya penuh darah. Alhamdulillah kami melihat masih ada nafas disana, Allah masih berikan kesempatan beliau hidup setelah ambulance datang menyelamatkan menuju kerumah sakit.


Setelah polisi datang, kami semua naik kemobil polisi dan dibawah ke kantor polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Tak pernah terbayangkan sebelumnya naik mobil polisi diliputi rasa risau, panik. Mungkin kalian bisa mencoba membayangkan jika ada diposisi kami. Ayahku mencoba menenangkan kami.

Tiba dikantor polisi, kudapati Mama dan kakaku yang sudah lebih dulu berada dikantor polisi (Mama dan kakaku berada dimobil kedua). Saya sangat takut melihat Mamaku karena beliau mempunyai riwayat penyakit jantung, mungkin beliau sangat guncang mendengar kabar ini. Tapi, luar biasa. Kudapati beliau sangat tenang, Saya tak tau bagaimana perasaannya bergejolak didalam, tapi dia betul-betul bersikap tenang dan berusaha merangkul kita satu persatu. Memastikan semua stabil dan merasa nyaman. Itulah hebatnya seorang Mama.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Mamaku langsung panik saat mendapati adik bungsuku (yang kebetulan jadi sopir dimobil yang kecelakaan tadi) belum ditemukan. Adikku hilang, entah kemana. Polisi  dan kami semua mencarinya. Tak bisa dihubungi, karena hpnya tertinggal dimobil, kamipun kembali panik. Takut jika adikku diambil orang karena ketahuan sudah menabrak orang. Kami kembali panik.

Setelah menunggu kurang lebih 40 menit. Tiba-tiba ponsel Mamaku berdering, tertera nomor baru yang menghubungi. Alhamdulillah, itu adik bungsuku yang sempat menghilang tadi, segeralah dijemput dan di bawa ke kantor polisi.

--

Adikku bukan sengaja menghilang dan tidak mau bertanggungjawab. Ini pesan Ayahku, pas saat turun dari mobil, Ayahku langsung menarik adikku untuk menjauh dari keramaian. Ayahku sudah tau, bagaimana resikonya jika menabrak orang, mungkin supirnya akan dimassa oleh warga, jadi Ayahku mengamankannya. Setelah jauh dari keramaian, Ayahku berpesan:

"janganko kemana-mana dulu nah nak, sebentar pi baru kujemputko lagi, kuselamatkan dulu yang lain dengan korbannya", pesan Ayah kepada adik bungsuku.

Rupanya, adikku mungkin butuh air minum untuk menenangkan hati dan pikirannya. Kemudian dia berjalan menjauhi keramaian sejauh kurang lebih 1 km. Lalu mendapati toko swalayan dan memutuskan untuk membeli air minum. Kebetulan disaku celananya ada beberapa uang yang masih cukup untuk membeli air minum. Allah memang betul-betul menolong kami. Didalam swalayan itu, adik bungsuku bertemu dengan seniornya di kampus. Lalu adikku menceritakan semua kejadian, dan seniornya meminjamkan handphone untuk menghubungi keluarga yang sudah ada di kantor polisi.

---

Lewat tulisan ini, Saya mencoba membuat teman-teman bisa merasakan kejadian ini. Pernah tidak, terbayang di hidupmu, salah satu anggota keluargamu yang kau kenal tegap, tegar, tiba-tiba tertunduk lesu tak berdaya? didepan matamu kau lihat dia berjalan menuju masuk kantor polisi untuk dimintai pertanggungjawaban? terlebih lagi jika dia masih sangat muda dan sepertinya belum bisa menghadapi ini semua? Pemandangan itu kulihat tepat didepan mataku, adikbungsuku tertunduk lesu menuju ke kantor polisi. Saya tau dia tidak sengaja, tapi tetap dia harus bertanggungjawab, air matakupun tumpah.

Sembari menunggu hasil keterangan, pihak keluargapun mulai berdatangan. Keluarga dari Ara (Bulukumba), Jeneponto dan beberapa mahasiswa dari Mamaku yang kebetulan pernah diajar di Bantaeng. Mereka semua datang memberi dukungan dan doa. Betul-betul terlihat orang-orang baik yang berhasil menambah kekuatan kami untuk lebih tegar menghadapinya. Singkat cerita, adikku harus bermalam di kantor polisi (tapi tidak didalam sel) karena untuk pemeriksaan lebih lanjut. Kamipun disuruh untuk pulang dan beristirahat.

Semenjak kejadian itu, Jika melewati lokasi kecelakaan di Bantaeng, Ayah selalu menyempatkan singgah dan seperti memutar kembali ingatan saat kami dulu kecelakaan. Bagaimana suasana ketegangan pada saat itu dan alur ceritanya, kembali kami kenang. 

Terima kasih kepada seluruh keluarga, sahabat, kerabat, tetangga dan teman2 yang telah membantu baik bantuan materi, dukungan serta doa yang tdk hentinya. Kami sekeluarga mohon maaf jika ada salah selama ini. Semoga semua kembali membaik dan segala trauma bisa cepat pulih. Semoga smua urusan diberikan kemudahan. Aamiin ya Allah.

Senin, 10 Agustus 2020

Jariah Publishing, terbitkan bukumu tanpa pusing.

 Di tahun 2018 yang lalu, Saya sangat tertarik untuk mengabadikan tulisan-tulisan perjalananku selama mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Namun, seperti dokumentasi perjalanan sebelumnya, Saya hanya mengabadikan diblog pribadiku dan tidak terpikir untuk dibukukan. Singkat cerita, lepaslah Saya dalam pengabdian masa KKN di Desa Mamampang, Tombolo Pao, Gowa.

Sebelum meninggalkan posko, Saya pernah mendengar harapan salah satu tokoh masyarakat disana. Kami berkunjung ke rumahnya, di selimuti dingin dan angin malamnya Tombolopao. Katanya beliau ingin sekali agar desanya ini bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas. Jelas saja, Sayapun baru tau bahwa ada sebuah desa diujung perbatasan Gowa-Sinjai yang tidak kalah indahnya. Padahal tempat tinggal kami berada di Kabupaten yang sama.

Salah satu cara yang beliau tawarkan kepada kami agar kampungnya ini bisa dikenal luas oleh masyarakat adalah melalui mahasiswa-mahasiswa KKN yang telah mengabdi di desanya. Beliau ingin agar kami semua para alumni mahasiswa KKN disana mengabadikan perjalanan menjadi sebuah buku. Buku yang dituliskan oleh kami semua, semacam kesan-pesan yang kami dapatkan selama menempuh masa pengabdian. Dan, harapan beliau kemudian mulai mengacaukan pikiranku, yang sedari tadi mencoba untuk fokus mendengarkan semua kesan-pesan beliau terhadap Kami yang sebentar lagi melepas diri. 

Setelah beberapa hari, kembali teringat pesan beliau. Maka Saya mulai mencoba memulai tulisanku tapi sejatinya belum berniat membukukan. Tak sangka, tulisan itu semakin banyak, dan kurasa sudah tidak layak untuk dimasukkan ke dalam blog pribadi. Ingin mempersingkat, tapi Saya tak mampu memilah cerita yang harus kuhapus, karena menurutku semuanya berkesan. 

Kemudian..

Saya tidak sengaja menemukan sebuah informasi di FB bahwa ada sebuah penerbit baru yang menyediakan jasa penerbitan buku. Jariah Publishing namanya. Beralamat di Jl. Dahlia No.17 Batangkaluku, Sombaopu, Gowa. 



Awalnya Saya berpikir, mungkin harus diseleksi dulu karyanya agar bisa diterbitkan. Tapi, setelah mencari tau apa-apa syaratnya ternyata cukup mudah. Hanya menyiapkan desain sampul dan naskah tentunya. Namun, jika tidak mampu membuat atau mendesain sampul sendiripun tak masalah. Owner telah menyediakan jasa desain sampul dengan beberapa paket yang ditawarkan sesuai keinginan kamu loh. 

dan Sayapun tertarik untuk membukukan tulisan Saya, namun.. hanya untuk konsumsi pribadi dan beberapa orang yang memang berniat untuk membeli buku pertamaku ini.

Alhamdulillah, beberapa orang juga mendukung dan membeli buku Saya, yang menurutku masih banyak yang perlu dikoreksi kedepannya. Dengan bantuan dari Penerbit Jariah Publishing, menerbitkan buku jauh lebih mudah. Ownerpun sangat ramah. Dengan senang hati akan membantu mewujudkan mimpimu untuk menerbitkan buku. Pokoknya recommended lah hehe

Jika kamu masih ragu, mungkin beberapa alasan ini harus Kamu pertimbangkan kenapa Jariah Publishing merupakan solusi yang tepat, diantaranya adalah:

1. Prosesnya cepat

Untuk menerbitkan buku dengan Self Publishing mulai sejak naskah diterima hingga buku tiba ditangan Anda, waktunya maksimal 30 hari kerja.

2. Kualitas Terjamin

Spesifikasi cetakannya: Kertas Isi Bookpaper Imperial 72g, Cover Ivory 260g, Perfect Thermal Binding, Wrapping Shrink & Free Bookmark

3. Harga Terjangkau

Cetak buku murah? Jariah Publishing solusinya. Di Jariah Publishing, Anda dapat menyesuaikan budget dengan jumlah cetakan buku Anda. Layaklah dicap sebagai Penerbit buku murah.

4. Memiliki ISBN

Penerbit Jariah Publishing telah terdaftar di situs isbn.perpusnas.go.id dengan nama Jariah Publishing Intermedia. Anda bisa mengecek buku-buku yang telah mereka terbitkan.


Bagaimana? Menarik bukan? Ayoo, jangan simpan karyamu sendiri. Beri kesempatan untuk orang lain juga menikmatinya. Segera bukukan karyamu di Penerbit Jariah Publishing!

Rabu, 25 Maret 2020

10 kegiatan yang bisa dilakukan saat #dirumahaja

Bismillah..

Beberapa bulan terakhir ini, Kita digegerkan dengan berita tentang virus baru yang merajalela yang kita kenal sebagai virus corona (Covid-19). Virus yang diketahui cukup cepat penyebarannya dan mematikan ini, mampu membuat hampir 2/3 dunia berupaya keras untuk meminimalkan jumlah korban yang terjangkit. Di Indonesia, bahkan telah tercatat ratusan warganya telah terjangkit virus ini. Sehingga pemerintah pun mengambil tindakan untuk mengantisipasi penyebaran virus agar tidak meluas. Beberapa usaha telah dilakukan, salah satunya adalah dengan penyemprotan cairan desinfektan di titik keramaian dan tempat-tempat yang memiliki potensi penularan virus yang tinggi. 

Selain itu, untuk pencegahan secara mandiri, pemerintah dan beberapa kalangan telah mengedarkan anjuran untuk tidak berkegiatan diluar rumah selama pandemi corona atau yang lebih viral dengan hashtag #dirumahaja. Sebagai makhluk sosial, terutama di Indonesia, kita tentunya belum terbiasa dengan menghabiskan waktu dirumah ajah. Nah, untuk memudahkan teman-teman yang belum terbiasa dirumah, ini ada beberapa kegiatan yang bisa dikerjakan selama menjalankan program #dirumahaja 



1. Memaksimalkan Ibadah
Sebagai makhluk yang beragama, sudah pasti kita diwajibkan untuk beribadah kepada Sang Pencipta. Namun, untuk kalian yang rajin datang ke tempat ibadah (Mesjid, Gereja dsb) pastilah kalian sangat sedih karena untuk saat ini kalian belum bisa beribadah disana. Tapi jangan sedih, karena beribadah juga bisa kalian maksimalkan #dirumahaja Insyaa Allah, Sang Pencipta akan memakluminya, tapi ingat juga untuk memperbaiki niat kembali. Bagi umat Islam, kalian masih tetap bisa beribadah dirumah seperti, sholat, membaca Al-Qur'an, puasa dan sebagainya.

2. Bekerja dan belajar secara online
Belakangan ini, kantor, sekolah dan tempat-tempat umum yang bukan bagian dari pelayanan umum langsung dianjurkan untuk libur. Eits, tapi bukan sekedar libur, lebih tepatnya dialihkan #dirumahaja. Jadi kegiatan belajar mengajar melalui media online. Begitu pula dengan absensi pekerja kantoran. Jadi, selama #dirumahaja kalian bisa mengerjakan tugas dari guru atau bos kalian.

3. Fokus mengerjakan skripsi 
Untuk kalian yang masih berjuang menuntaskan skripsi, mungkin ini waktu yang tepat untuk bermesraan kembali dengan skripsi kalian. Seperti yang kita ketahui, skripsi terkadang kita abaikan karena banyaknya aktivitas diluar rumah yang sering kali memaksa kita untuk lebih tertarik dan menghabiskan waktu disana. Namun, dengan adanya anjuran #dirumahaja kurasa inilah saatnya berjumpa kembali dengan skripsi, fokus dan menuntaskannya. Selamat berjuang para pejuang sarjana, saya tau bagaimana suka dukanya sebab saya pernah ada diposisi kalian hehe

4. Istirahat cukup
Karena banyaknya aktivitas tambahan seperti kerja tugas dari sekolah ataupun kantor, memaksa kita untuk tetap terjaga diwaktu-waktu tertentu. Ini juga harus menjadi perhatian penting, karena kurang istirahat dapat menyebabkan imun tidak stabil, sehingga mudah terserang penyakit. Maka jika lelah, istirahatlah. Karena meski #dirumahaja kita juga bisa lelah loh.

5. Quality time dengan keluarga
Untuk kalian yang terbiasa dengan kegiatan diluar rumah, dan sangat jarang berkumpul lagi bersama keluarga, mungkin ini juga salah satu kesempatan untuk memaksimalkan kegiatan bersama keluarga. Ada banyak kegiatan yang bisa kalian lakukan bareng keluarga seperti makan bersama, nonton bersama, cerita-cerita, kerja tugas bareng membersihkan rumah bahkan juga berdiskusi tentang masa depan. Hal ini juga akan meningkatkan hubungan emosional antar keluarga.

6. Menulis
Buat kalian yang gemar menulis, manfaatkanlah waktu ini. Meskipun mungkin akan sedikit terbatasi oleh ruang dan pengalaman baru, tapi kita bisa mengantinya dengan berkhayal yang lebih lepas. Tulislah apapun itu, mungkin topik tentang virus corona ini juga bisa kalian angkat, tapi ingat. Jangan sekali-kali kalian menulis berita hoax yah.

7. Membaca lebih banyak buku
Sangat banyak orang yang rajin membeli buku, tapi belum punya waktu untuk membacanya karena sibuk berkegiatan. Dengan adanya anjuran #dirumahaja, bisa dong buku-buku yang sudah lama tersimpan rapi dirak, kalian coba buka lalu menuntaskannya, mumpung kalian #dirumahaja kan hehe

8. Membuat karya
Punya banyak waktu luang dan kegiatan yang lain telah dilaksanakan, kalian bisa beralih untuk memaksimalkan potensi diri. Contohnya dengan membuat karya, apapun itu. Misalnya, kalian pintar melukis, membuat lagu, membuat video-video atau konten lainnya. Disaat inilah meski #dirumahaja kita harus tetap produktif. Terutama, kita masih bisa menyalurkan hobi kita melalui media sosial, minimal teman-teman kita tau bahwa selama #dirumahaja kita punya kegiatan yang positif.

9. Olahraga/berjemur
Meski #dirumahaja, kita juga tetap harus waspada terhadap virus corona ini. Yah selain mengkonsumsi makanan sehat kita juga harus mengatur pola hidup sehat, contohnya dengan olahraga. Salah satu hal yang bisa kalian lakukan #dirumahaja adalah dengan menjemur diri dibawah sinar matahari pagi. Olahraga itu penting, jangan hanya rebahan yah.

10. Bermain game
Yah, tidak dapat dipungkiri, sebagian besar orang Indonesia sangat gemar bermain game. Entah melalui gadget masing-masing atau juga melalui permainan tradisional. Tapi bermain game juga harus dibatasi. Jangan sampai waktunya habis karena bermain game saja. Opsi ini hanya dijadikan selingan kalau lagi bosan, tapi bukan prioritas yah.

Itulah 10 kegiatan yang bisa dilakukan #dirumahaja. Tetap jaga kesehatan dengan mengkonsumsi vitamin C dan E yang cukup, berjemur di matahari pagi, minum air hangat dan istirahat yang cukup. Tetap waspada tapi jangan panik. Pikirkan hal-hal positif tentang virus ini agar psikis kalian tetap baik. Insyaa Allah, virus bisa kita lawan dengan imun tubuh yang maksimal. Ingat yah untuk saat ini kalian #dirumahaja jika tidak ada kegiatan yang terlalu penting. Oke?

Jika kalian punya rekomendasi kegiatan yang belum tertulis diatas, silahkan tulis dikolom komentar untuk menambah referensi pembaca artikel ini, Terima kasih, semoga bermanfaat...

#Alifah Nurkhairina
Menulis #dirumahaja

Selasa, 25 Februari 2020

Berdamai dengan diri sendiri


Pernahkah kau merasa bahwa selama ini kau hanya berpura-pura menjadi orang lain untuk mewujudkan beberapa impian yang telah lama kau harapkan? atau pernahkah kau berada di lingkungan yang memaksamu untuk tampil tapi bukan dengan gayamu sendiri?

Kalau saya, yap. Pernah..

Saya mendapati diriku benar-benar bukan diriku. Saya berusaha mencari perhatian beberapa orang dengan tampilan yang sayapun tak menyangka darimana asalnya. Saya pernah berusaha menjadi orang lain, demi menggapai mimpi. Dihadapkan oleh beberapa jenis karakter dan berdrama dengannya. Seringkali, Saya berkata dalam hati, kenapa saya ini? Benar-benar melampaui dari wujud asli.

Saya sering mencoba terus untuk menjadi orang lain, karena belum percaya diri. Masih sangat sulit untuk menerima kenyataan, tentang kepribadianku ini. Takut, jika lingkungan sekitar tidak memberikan kesempatan untuk diriku berekspresi, dengan versiku sendiri. Saya tidak tau apakah hal ini juga sering mengganggu tidur malammu. Takut mengecewakan hati orang lain, tapi sejujujurnya sedang menimbun luka dibatin. Yap, Saya sering menjelma menjadi pribadi yang tak kusenangi, demi untuk mengharap respect dari orang lain, tapi..

Sampai suatu ketika, kecewa itu tiba. Saat saya dipermalukan oleh ekspektasi yang berlebihan, dan dihancurkan oleh realita yang jauh dari harapan.

Sehingga, Pada akhirnya Saya telah memilih, untuk kembali mempercayai diriku sendiri.
Saya belajar menerima diri sendiri, untuk lebih yakin tentang potensi diri. Saya memeluknya kembali.

Saya belajar memahami, bahwa tidak semua yang kusenangi harus kumiliki
Yakinlah bahwa semua yang pergi, pasti akan terganti.
Entah akan hadir yang lebih baik lagi.
Atau yang dulu pergi akan digenggam kembali.

Saya harus menerima dia, yaitu diriku sendiri
Tentang kelebihan dan kekurangannya, Saya harus refleksi diri.
Kini, Saya harus menerima kenyataan kembali.
Bahwa tidak ada yang lebih baik, selain kembali percaya pada diri sendiri.

Entah orang yang kau sayangi akan menepi, atau bahkan semakin mencintai.
Semua itu adalah hadiah dari konsekuensi
Bahwa Saya harus menanggungnya seorang diri.
Suka, duka, bahagia, sedih, itu semua tak bisa terwakili.

Ikuti, atau tidak sama sekali. Kau hebat dengan jalurmu sendiri, bukan dengan wujud yang belum kau yakini. Perihal respon orang tentang diriku saat ini, saya sudah tidak peduli. Saya bangga dengan langkahku sekarang ini.. Inilah, saya yang terkini, dengan banyak mimpi yang masih berusaha kugapai disetiap hari. Terima kasih, untuk diri.

Tulisan ini bukan hanya sekedar curahan hati, tapi lebih kearah refleksi diri. Baik untuk Saya pribadi, atau untuk orang-orang baik yang sedang membaca ini. Kuharap segala yang terbaik akan selalu menghampiri. Aamiin..

#Alifah Nurkhairina
Bulukumba, 25 Februari 2020
ditulis Pukul 02.25 WITA

Kamis, 02 Januari 2020

Desa Ara, dan segala kejutannya.

Bismillah..

Seperti dua tahun lalu, Bulukumba kupilih kembali untuk menutup akhir tahunku dan memulai tahun yang baru. Namun, ada beberapa pengalaman baru yang tentunya lebih berkesan pada kali ini.

Lokasi perjalanan. 
Desa Ara, Bulukumba. 


Perjalanan dimulai saat waktu itu, saya sedang memainkan gadgetku. Seperti remaja pada umumnya, saya melihat-lihat story dari teman-teman di akun media sosialnya. Mereka membagikan beberapa cuplikan liburan melalui unggahan video ataupun melalui beberapa foto. Seketika itu muncul ide untuk pergi juga melepaskan lelah. Lalu kuhubungi sepupuku untuk bersedia menjadi pemandu wisataku. (Kak Hesty, Okky dan Nurul serta satu orang temanku)

Dari kiri ke kanan
(kak Hesty, Nurul, Okky, Asrul, Ina) 


Seperti yang kita tahu, Bulukumba adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki daya tarik tersendiri melalui panorama alamnya yang indah. Dikenal dengan suguhan pantai-pantai pasir putih yang khas, yang mulai bermunculan menjadi objek wisata dan mulai dikunjungi oleh masyarakat bahkan sampai turis mancanegara. Membuat Bulukumba semakin ramai oleh wisatawan dan bisa dijadikan sebagai sumber matapencaharian oleh warga sekitar.

dan kebetulan, saya memiliki keluarga yang bermukim di Desa Ara, Kecamatan Bontobahari (lokasi bisa dicek di googlemaps). Saya lalu berfikir untuk bersilaturahmi sekalian liburan.

Singkat cerita, sampailah saya ditanah kelahiran Ayahku (Desa Ara). Selesai sholat ashar, saya lalu memulai perjalanan dengan mengunjungi rumah sanak saudara. Beberapa dari mereka masih ada yang mengenal baik, beberapa pula masih mengingat meski harus dengan penjelasan (misalnya, saya ini anaknya daeng ... cucunya daeng.... dan sebagainya)

dan respon mereka yang paling Saya ingat adalah

"ih lomponamo ke' Ina heh, dulu kecil-kecil inji wattuna datang kesini" (artinya ih kamu sudah besar, Ina. dulu waktu datang kesini masih kecil-kecil). kurang lebih seperti itu.

Saya hanya membalasnya dengan senyuman dan sedikit tertawa. Dalam hati saya berkata wajar saja, sudah 6 tahun saya tidak berkunjung lagi kesini.

Satu hal yang saya senangi dari kunjungan adalah perlakuan tuan rumah yang begitu baik terhadap tamunya. Suguhan teh dan kue-kue khas sulawesi selatan, dilengkapi cerita-cerita masa lalu dari keluarga besar menambah hangat kunjungan, dan saya cukup antusias. Beberapa keluarga yang baru saya kenal, kemenakan, omtante, sepupu dan bahkan cucu hehe..

Hari kedua, saya memilih untuk berenang di Permandian Limbua di Desa Hila-hila, Kecamatan Bontotiro. Yang membedakan permandian Limbua ini dibanding objek wisata yang lain adalah lokasinya yang berada disekitar hutan dan berhadapan langsung dengan pantai Samboang. Saya bersama ketiga sepupuku, memilih datang lebih pagi untuk menghindari keramaian pengunjung. dan betul saja, dugaan kami benar.

Permandian Limbua, Desa Hila-hila, Kecamatan Bontotiro. 


Selepas itu, kami bersiap untuk menelusuri objek wisata selanjutnya. Namun, rupanya mendung tiba-tiba terganti oleh rintik hujan yang semakin lama semakin deras. Sehingga perjalanan selanjutnya harus ditunda. Memanfaatkan situasi dirumah, sayapun diperlihatkan foto-foto lawas melalui sebuah album foto. Banyak wajah-wajah yang agak sulit kukenali dan beberapa juga bisa kutebak. Foto kakeknenek, ayahmama, kakaadik, omtante, sepupu dan masih banyak lagi. Beberapa diantaranya kuabadikan kembali melalui kamera ponsel untuk kuperlihatkan ke mereka yang wajahnya ada dipotret foto lawas.

Hujan pun reda. Allah mengizinkan saya melanjutkan perjalanan di Butta Panrita Lopi (artinya tanah para ahli pembuat perahu phinisi). Destinasi selanjutnya ke pantai Mandala Ria. Keunikan dari pantai ini adalah di pesisir pantai terlihat barisan kapal phinisi yang sedang dalam tahap pengerjaan. Sehingga, selain berlibur dipantai kita juga bisa menambah wawasan tentang kapal phinisi atau semacamnya. Boleh dengan melihat-lihat langsung proses pengerjaannya ataupun melalui wawancara kepada para pembuat kapalnya. Saya juga sempat bercerita dengan pemuda lokal yang juga ternyata sebagai mahasiswa di Universitas di Makassar tapi masih menjunjung tinggi kearifan lokal. Hal ini kutandai dengan masih adanya keinginan untuk kembali kekampung halaman sendiri dan memikirkan hal-hal baik untuk masa depan desanya. Selain itu, mereka juga masih sangat fasih dengan bahasa Konjonya (Bahasa khas warga sekitar). Kami berdiskusi disalah satu kapal phinisi yang masih setengah jadi, dengan latar belakang pantai Mandala Ria.

Tempat diskusi, Salah satu kapal phinisi yang masih setengah jadi. 

Kondisi jalan terkini, menuju Pantai Mandala Ria. 


Hari ketiga. Sebenarnya saya harusnya sudah kembali ke Bulukumba kota. Tapi apalah daya, saya masih penasaran dan masih ingin berjelajah. Hari ketiga ini kumulai menuju Apparalang di Desa Ara, Kecamatan Bontobahari. Tempat wisata bahari ini memiliki hamparan tebing yang menjulang tinggi dan memiliki batu karang yang alami. Tetapi apparalang ini tidak memiliki pesisi (pasir  pantai).
Tak lupa pula, setelah menikmati keindahan alamnya, saya mengabadikan perjalanan dengan berfoto, yahh supaya bisa diupload ke media sosial dan juga disimpan sebagai bukti bahwa saya pernah menginjakan kaki disini.

Dan kalau beruntung, setelah di share ke akun medsos biasanya ada yang berkomentar "orang bulukumba? Satu kampungki pale itu ternyata" Hehe..




Lanjut, ke Goa Passea (Goa penderitaan) di Desa Lembanna, Kecamatan Bontobahari. Masih awam kedengarannya, tapi saya yakin beberapa tahun kedepan pasti akan ramai dengan pengunjung. Dibuktikan dengan jalan yang mulai teraspal karena memang sebelumnya infrastruktur jalan yang kurang mendukung untuk mengakses objek wisata di Bulukumba. Perjalanan menelusuri Goa Passea ini dipandu oleh Kak Adit (senior dikampus, sekaligus keluarga ternyata). Hanya beberapa menit disana. Sekedar mengambil gambar dan menelusuri didaerah yang masih terang oleh bantuan cahaya matahari. Didalam goa tersebut, kita menemukan berbagai macam keindahan jaman peninggalan prasejarah, seperti sisa kendi, guci peninggalan negara luar serta peti mati dan tulang belulang milik manusia purba yang masih asli dan terjaga kelestariannya. Karena keterbatasan waktu dan tenaga, dan kebetulan juga adzan dzuhur sudah berkumandang, akhirnya kamipun bergegas pulang. Untuk lebih jelasnya tentang Goa ini silahkan kunjungi website ini  (http://www.kampungide.com/2016/12/jalan-jalan-ke-gua-passea-gua-passea.html

Di pintu Goa Passea, diabadikan oleh Kak Adit

Perjalanan kemudian terhenti, saat orang dirumah tiba-tiba menghubungi. Lewat panggilan ponsel, terdengar suara tanteku. "kapan pulang? nacari teruski mama aji ini" (artinya kapan pulang? Mama aji mencari keberadaanmu). Mama aji itu adalah sapaan untuk nenek saya.

Saya jawab, iya ini sudah mau pulang, untuk menenangkan perasaan nenekku. Meski sebenarnya masih mau lebih lama disini.

Jarak antara Desa Ara dengan rumah tanteku di kota adalah sekitar 25 km. Saya meninggalkan Desa Ara sekitar pukul 16.15. Setibanya dikota, saya langsung menemui nenekku agar dia tau bahwa cucunya sudah pulang. Sayapun sebenarnya sangat rindu beliau.

Seperti biasa, saya sangat suka bercerita dan beliau pun juga siap mendengar ceritaku selama disana. Dengan bantuan hasil jepretan di ponselku, saya menceritakan kisah-kisah sebelum dan sesudah pengambilan gambar itu. Terkadang beliau merespon dengan senyuman, sedikit tertawa dan satu kali kuliat matanya berkaca-kaca. Iya, saat kuceritakan tentang orang-orang terdekat yang sudah berpulang ke Rahmatullah. Terutama suami dan anak bungsunya yaitu tanteku atau lebih akrab kusapa "Ummi" (http://alifahnurkhairinaa.blogspot.com/2015/01/dedikasi-buat-ummi.html)

Perjalanan ini cukup beda. Setelah ini, saya lebih tertantang untuk mengenal lebih jauh sanak keluarga (Keluarga dari Ayah) setelah beberapa tahun ini sudah jarang terkunjungi. Semoga saja bisa terwujud, dikemudian hari..

Terima kasih atas orang-orang baik yang sudah terlibat dan membantu mempermudah langkahku kali ini. Sampai jumpa lagi, dilain hari..

Jika terdapat kesalahan dalam informasi terutama informasi destinasi wisata, mohon dimaafkan dan dikoreksi. Segala kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan bisa dibantu dengan meninggalkan komentar dan share dipostingan ini. Komentar apapun sangat membantu kecuali komentar yang berbau SARA.

Terima kasih telah bersedia membaca ini, orang-orang baik.


#Alifah Nurkhairina
#Bulukumba, 02-01-2020
Ditulis pukul 21.05-22.46 WITA