Selasa, 29 Mei 2018

Yang katanya "sayang"

Mencintai adalah fitrah. Setiap anak cucu adam diberikan kesempatan untuk bisa merasakan cinta, bahkan bisa sampai jatuh. Namun, seringkali cinta disalah artikan. Contohnya saja cinta kepada lawan jenis. Mencintai lawan jenis memang tak salah, bahkan kita tergolong manusia normal jika pernah merasakannya, dan sulit memang menolak jika cinta itu sudah merayu-rayu. Sayapun termasuk orang yang sulit menolak kedatangan cinta jika ia sudah melambai menggoda.

Namun, cinta ini sedikit dibatasi dalam Islam. Islam sudah mengatur sedemikian rupa teknik mencintai yang disenangi Allah. Mencintai lawan jenis sah-sah saja asalkan pada waktu yang sudah diRidhoi. Belakangan ini Saya mulai tertarik membahas masalah ini. Dimana kebanyakan para remaja memilih jalan pacaran sebagai bukti cintanya kepada orang yang ia sukai. Memilih untuk menjalin suatu hubungan agar mereka saling terikat dan merasa memiliki satu sama lain. Katanya jika ada hubungan, maka keduanya telah saling berjanji untuk tidak berpaling sampai masa yang tidak bisa diprediksi atau yang lebih akrab disapa "putus".

Dari mereka Saya mulai belajar. tentang kesabaran, kenapa sabar? Disaat Saya melihat mereka tengah berdua, menjalani kegiatan bersama, mengabadikan kebersamaannya melalui sosial media, disitu saya miris. Sebagai manusia biasa Saya juga saat ingin. Bisa berkomunikasi dengan orang yang disukai, melaksanakan kegiatan berdua, membuat janji dan merancang temu, setiap hari bahkan setiap rindu. Mengabadikan momen, dan memamerkannya kepada orang banyak. Nah dari sinilah Saya belajar apa itu sabar.

Pelajaran kedua yang Saya jumpai pada fenomena ini adalah belajar mengikhlaskan dan belajar menerima garis kehidupan. Harusnya Saya bahagia, Allah menjauhkan Saya dari salah satu jalan zina. Membuat jarak dan kemudian perlahan hilang, begitu rencana Allah yang ditimpakan kepada Saya jika sudah mulai menyukai seseorang. Dan juga belajar berfikir positif kepada Allah.

Kelemahan pria adalah wanita, beberapa teman Saya yang lelaki tiba-tiba saja berubah kepribadian setelah berpacaran. Mereka seperti hilang aura tatkala harus menemani wanitanya hampir kesetiap sudut kota. Seperti hilang harga diri saat dimaki-maki oleh wanitanya saat tidak memberi kabar setiap waktu ataupun jika lupa mengabadikan foto bersama di media sosial miliknya. Terkadang saya miris. Ketahuilah, ditusuk besi yang panas jauh lebih baik daripada harus menyentuh yang bukan mahram. Takutlah!

Untuk para saudariku, Saya bukan manusia yang sempurna, tapi Allah menyuruh untuk saling menasehati. Barangkali Saya lebih hina dimata Allah, tapi Saya hanya berpesan untuk siapapun yang melihat ini berhentilah menjalin hubungan dengan lawan jenis. Sesungguhnya jika terjalin suatu hubungan yang dimurkai oleh Allah, maka yakinlah pihak wanitalah yang paling merugi. Astagfirullah.. Jangan sampai kita menodai diri-diri kita karena cinta yang kita berikan kepada orang yang belum jelas akankah akhirnya dialah takdirmu atau bukan. Yang kau ungkapkan sayang kepadanya nyatanya sama sekali salah. Kau membatasi ruangnya. Kau menjauhkan dia dari jodohnya. Itukah bukti sayangmu?

Bukankah kalian menginginkan lelaki baik? Apakah jika memang akhirnya kau dipertemukan dengan yang baik, bukankah kau harusnya menghadiahkannya sebuah kesucian, bahwa masa mudamu dihabiskan untuk hal positif, bahwa cinta yang mulai kau rasakan kau palingkan kearah yang diRidhoi Allah. Bahwa memang kau menyimpan sucinya cintamu untuk Imam yang memang pantas menerimanya,

Bukankah cinta pertama seorang gadis adalah Ayahnya? Tegakah kau bagi cintamu kepada orang asing? Padahal Ayahmu tidak meminta lebih, dia tidak pernah memaksamu untuk melebihi kemampuanmu, bahkan Ayahmu tidak berani untuk melukai raga dan batinmu, sedikitpun, Yang segala gerak-gerikmu menjadi kunci disurga atau neraka kah Ayahmu akan kembali? Bukankah seharusnya kau maksimalkan cintamu kepadanya sebelum tanggung jawabnya jatuh kepada pria yang terbaik? Benarkah?

Untuk kaum Adam, alihkan cintamu kepada yang baik. Jangan biarkan dia tumbuh mendominasi jiwamu. Jika memang kau mencintainya, jangan bawa dia ke jalan zina. Datangi secara baik dan utarakan yang kau mau, muliakan lah wanita yang kau cintai. Terlebih lagi jika kau masih memiliki seorang Ibu. Habiskan waktu dan cintamu untuk satu wanita saja, Ibumu, Ibumu, Ibumu. Bukankah wanita itu makhluk yang membingungkanmu? Bukankah kami ini sering mengecewakan? Sebagaimana Ali Bin Abi Thalib pernah berkata bahwa tidak ada kepahitan dunia yang beliau rasakan melainkan berharap kepada manusia yang paling pahit. Sudah jelas disini, bahwa Allah-lah tempat berharap yang sempurna. Yang selalu punya rencana yang indah diwaktu yang tak terduga. Yang tidak pernah mengecewakan hamba-Nya. Saudariku, jika cinta, mengadu kepada Allah. Minta kepada yang Maha membolak-balikan hati. Jika memang jodoh, dia pasti kembali. Jika tidak, kau akan mendapat lebih. Jangan kecewa, pilihan Allah pilihan terbaik. Teruslah berjalan menuju Allah, pemilik segalanya. Dekati penciptaNya, dan kau bahkan akan dipertemukan dengan orang yang jauh diluar dugaan.
Keputusan ditanganmu..

#sudahputuskansaja
#selfreminder

Alifah Nurkhairina
Gowa, 29 Mei 2018
23.47 WITA

Rabu, 02 Mei 2018

Masih dengan Hadiah yang Sama

Tangan ini, setia menggengam tangan suaminya. Tangannya, lembut, aktif membelai keempat anaknya. Dan tangan inilah yang terbiasa menadah disetiap sepertiga malamnya.

Kali ini, kau mengajarkanku lagi beberapa hal. Tentang bagaimana menjadi wanita yang tetap kuat meski cobaan begitu dahsyat.

Mama, hari ini banyak yang menyakiti perasaanku diluar sana. Saya terlalu lemah. Tapi? selalu saja ada petuah yang membantuku bangkit kembali. Selalu saja ada alasan untuk tetap berjuang saat mulai kudapati wajahmu atau hanya suaramu. Begitu lemahnya saya, jika ada masalah saya tak berdaya. Tertatih-tatih menyelesaikannya sendiri. Namun, sejauh apapun usaha yang kubuktikan, padamulah segala keluh selalu kubebankan. Mungkin saja kau juga punya beban yang ingin dibagikan, tapi hanya disimpan rapat agar kita tak saling mengeluh, agar kita bisa saling menguatkan bahkan jika engkau dalam keadaan lemah.

Mama, semaksimal mungkin baktiku kepadamu tetap prioritas. Meski ada sedikit batasan, kupercayai bahwa Ridhomu, Ridho Allah, dan pasti berkah. Mungkin masa mudaku berjalan tak seperti mahasiswa umumnya, seringkali juga mama sering meminta maaf karena katanya telah merepotkanku dengan menyuruhku mengambil alih sedikit tugasnya mengurus rumah. Tapi lambat laun, Mama telah menanamkan sedikit demi sedikit ilmu yang sampai kapanpun tidak akan pernah kudapatkan dibangku kuliah, yaitu ilmu berbakti kepada orangtua dan keluarga. 

Dampak negatifnya mungkin saya mulai mengasingkan diri dari lingkungan luar. Bukan berarti saya tidak sejalan dengan konsep Ibu Kartini, yang menyukai wanita yang mampu keluar dari zona nyaman ataupun menyamankan zonanya. Saya hanya ingin memaksimalkan bakti dan saya tidak merasa terbebani. Itu saja.

Yang paling kuingat darimu adalah "Nak, mendidik anak itu kita berlomba dengan setan. Tentang bagaimana kita bisa memenangkan pertandingan dengan bantuan Allah, libatkan terus Allah. Mama, detik ini aku kembali tersadar. seperti terngiang tentang sikap hangatmu saat kau menjaga kami dulu. Saat tak hentinya permintaan tak rasional yang kami inginkan, berusaha kau penuhi. Tentang bagaimana kau menuntun kami berjalan dengan baik. Tentang caramu mengajarkan kebaikan.





Mama, tak perlu menunggu harimu. Doa kami tetap ada, menyimpan namamu terus didalamnya. Doa kami tak sebatas saat hari bahagiamu tiba. Sehatlah selalu. Kami masih butuh dukungan dan doa. Tak ada pemandangan yang indah selain melihat senyum itu kembali. Tak ada kelembutan selain belaianmu dan tak ada kebahagian selain melihatmu tetap sehat saat kami kembali ke rumah. 
Maaf belum mampu membanggakan.

Barakallah, Mamasayang..

#29April2018
Gowa, 11.42 WITA