Sabtu, 25 Februari 2023

Tuan Muda

Sudah sampaikah rinduku wahai Tuan? Aku hanya ingin memastikan saja bahwa rinduku benar-benar sudah kau terima dengan baik. Tentang responmu terhadapnya, aku tidak lagi peduli setelah penantian yang begitu lama.

Melalui tulisan ini, sedikit banyaknya isi hatiku akan kusampaikan kepadamu. Moga-moga terbaca langsung oleh lisan dan hatimu.

Semua berawal dari segala ketidaksengajaan. 

Aku bingung atas sikapku belakangan ini. Kau terlalu membuatku kagum sejadi-jadinya. Aku berharap kau tidak seperti orang kebanyakan, yang menganggapku aneh atas perilakuku setahun ini, ya tepat setelah mengenalmu pertama kali.

Entah mengapa aku begitu yakin bahwa kau sadar akan kehadiranku. Sepertinya kau juga tau betul, bagaimana caraku untuk mencari perhatianmu seliar itu. 

Salah satu hal yang kubenci adalah diriku belum berhasil membuatmu nyaman ketika berada di dekatku. Aku merasa menjadi orang yang sangat buruk untuk membuat kesan yang baik ketika kau menatap atau bahkan memberiku senyum itu. Aku merasa malu dan kaku, kalah lebih dulu sebelum kita bercakap-cakap tentang hari itu. 

Minggu, 25 Desember 2022

Adalah hari yang paling aku tunggu. Sepertinya semesta sedang mengizinkan kita untuk melewati hari ini meskipun dalam hening luar biasa dan senyumku yang tidak bisa tertahan.

Kau tidak akan pernah tau, seberapa besar antusiasku menanti hari ini akan tiba. Ini bukan tentang rencana hari ini hendak kemana dan buat apa, tetapi ini tentang kesempatan mengenalmu lebih dalam.

Setibanya dilokasi.

Aku mencari sudut ternyaman untuk istirahat sejenak. Sesekali aku melipat kedua kaki ku dan memeluknya untuk meredam dingin yang tidak reda-reda.

Pemandangan yang sangat indah didepan sana, membuatku mengucapkan syukur yang tidak henti-hentinya. Kupikir, kau hanya melintas dalam jangkauan mataku saja, ternyata kau juga berhasil masuk dan berkeliaran dalam pikiranku tidak kira-kira.

Aku membatin dan berusaha bercakap-cakap bersama hatiku. Kusampaikan padanya, bahwa aku sering memperhatikan Tuan Muda ini diam-diam, yang setahun terakhir ini membuat perhatianku jauh lebih liar.

Aku penasaran, kira-kira apa rencana Tuhan untuk kita berdua. Sering sekali kita berada dalam satu kawasan tapi tak bertegur sapa. Perlu berapa kali lagi saling melewatkan untuk bisa benar-benar menetap?

Pandanganku masih saja tertuju pada tuan muda yang saat itu memakai sweater rajut berwarna hitam. Aku menatapnya, memberikan sinyal positif bersama senyumku yg masih saja merekah memandangnya berlalulalang diujung jalan.

Gerimis belum juga reda, persis dengan rasa kagum yang tidak mampu ku beri jeda.

Entahlah,

Setelah menemukanmu, aku sepertinya tidak kehabisan kata untuk dituliskan. Meski interaksi yang terjadi diantara kita bahkan bisa dihitung jari, sehingga setiap momennya sangat teringat. Lebih tepatnya, aku sih yang sangat mengingat, hehe.

Semua kejadian itu berhasil mencipta senyumku dipenghujung malam. Beberapa kejadian yang sangat membekas segera kuabadikan menjadi sebuah tulisan. Ingin sekali rasanya aku meminta untuk tidak diberikan senyum dan tatapan itu kepadaku. Disatu sisi, rasanya pun menyakitkan jika aku tidak melihatnya langsung darimu. Tapi kalau tetap harus memilih, aku tetap akan menunggu senyum dan tatapan itu darimu. Se-labil itu hatiku.

Selalu ada upaya keras untuk melupakanmu. Sayangnya disaat itu juga, upaya ku runtuh ketika kembali disapa olehmu. Linglung aku dibuatnya, bahkan cara yang paling efektif kuusahakan juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Sudah cukup lama perasaan ini, kubawa sendiri. Akupun sedikit takjub dengan diriku yang masih saja bersikukuh mencintai. Aku hanya penasaran, bagaimana akhir dari perjalanan menujumu. Apakah berakhir bahagia atau segala penantian akan sia-sia. Ah, hal inilah yang selalu terngiang-ngiang dikepala ketika hendak kuistirahatkan raga ditenangnya malam.

Tentunya, berakhir bahagia atau duka sudah kupersiapkan jiwa dan raga. Selama menujumu, selalu ada pembelajaran yang membuatku kuat melangkah sekaligus rapuh yang harusnya sudah.

Aku mulai merasa aneh dengan perasaan yang selalu kutujukan untukmu, Tuan Muda. Aku kehilangan diri, mengira aku sudah hilang kendali. 

Aku mencintai semua hal yang melekat padamu. Nama, suara, makanan kesukaan, perilaku, baju, langkah kaki atau apalah asal tentangmu. Ketika rindu menggangguku, aku melawannya melalui tulisan. Beberapa orang mungkin sudah menerka, kemana arah perjalanan tulisanku ini menuju satu nama. Lucunya, banyak beberapa yang bahkan merasa itu untuknya. Kecuali kamu, sang tokoh utama.

Teruntuk Tuan Muda, yang namanya selalu tersemangatkan dalam Doa. Aku mulai bertanya-tanya, bosankah Tuhanku atas doaku ini?

Aku berani menyebutmu sebagai milikku diakhir tulisan ini. Seperti kata Rumi, mencintai dalam diam sangat menyenangkan sebab tidak ada penolakan. 

Bagaimana muara dari segala tulisanku ini? Akankah menjadi sebuah kenangan menggembirakan yang akhirnya akan tersampaikan dengan baik oleh dia yang kukagumi ketika sleeptalk bersamanya, atau hanya berakhir dengan bacaan yang berusaha kupendam dan kutertawakan sendiri.

Untuk Tuan Mudaku, maukah membuatnya menjadi nyata?



Sabtu, 25 Februari 2023.

Alifah Nurkhairina.